2

Penyebab dan Antisipasi Impotensi

Di tengah derasnya kemajuan teknologi membuat banyak orang saling berlomba menjadi yang paling hebat. Kesibukan membuat mereka tidak lagi meluangkan waktu untuk memperhatikan kesehatan. Akhirnya, mereka terpuruk pada kondisi tubuh yang melemah dan tak berdaya.

Bagi mereka yang berkeluarga ketidakstabilan vitalitas tubuh ini turut berpengaruh pada mobilitas dan kegairahan anda terutama kaum pria. Betapa dahsyatnya pengaruh dari ketidakstabilan tadi, hingga turut mempengaruhi segala gerak langkah dan aktifitas anda (dalam hal ini pria). Termasuk hal yang paling esensial dalam kehidupan rumah tangga yaitu seks.

Tidak salah lagi, masalah yang menjadi momok bagi sebagian pria itu adalah impotensi. Kebanyakan dari pengalaman kasus yang pernah terjadi, mereka yang menderita impotensi mendadak menjadi orang yang pendiam, rendah diri dan seakan jadi orang yang tak berguna. Impotensi ditilik dari segi medisnya adalah istilah yang ditujukan untuk kondisi pria yang mengalami kesulitan ereksi atau mempertahankan ereksinya cukup lama pada saat ‘bercinta’.

Berikut beberapa tindakan antisipasi agar anda terhindar dari problem impotensi :

# Kalau bisa hilangkan kebiasaan merokok. Karena hasil riset menunjukkan bahwa pengaruh nikotin dari rokok bisa jadi pemicu terjadinya impotensi pada kaum pria.

# Hindari minuman beralkohol. Sebab kadar alkohol yang diteguk pun turut punya andil menuju proses impotensi.

# Makanan pun turut berpengaruh, karena semakin banyak makanan berlemak yang dikonsumsi akan mempengaruhi metabolisme tubuh anda.

Pada akhirnya dibutuhkan pemahaman antara suami istri untuk bisa mengatasi masalah impotensi dalam rumah tangga.
Read more
0

Planet Mirip Bumi

Beberapa ahli astronomi telah menemukan planet berbatu di luar sistem tata surya kita, dengan kepadatan yang terbukti sama dengan Bumi, demikian laporan studi oleh satu tim Eropa.

Planet itu, yang dikenal sebagai COROT-7b, ditemukan pada Februari tahun ini oleh teleskop antariksa Eropa yang telah melacak bintang tersebut yang.

Planet itu berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi di dalam gugus bintang Monoceros, Unicorn. Meskipun para ilmuwan telah mencari kehidupan di langit dalam waktu cukup lama, ada dugaan bahwa satu planet memerlukan permukaan padat untuk menunjang kehidupan.

Dari lebih 300 exoplanet yang dikenal, itu adalah planet pertama yang ditemukan yang tidak besar dan mengandung gas.

Temuan mengenai planet berbatu dengan kepadatan seperti Bumi membawa kita satu langkah lebih dekat untuk menemukan planet lain yang serupa dengan planet kita.

Meskipun planet itu sangat panas dan kekurangan air berarti tampaknya planet tersebut tak bisa menampung kehidupan, para ilmuwan mengatakan, hal itu tetap menjadi satu langkah penting karena itu memperlihatkan planet berbatu benar-benar ada.

Temuan tersebut akan diterbitkan di dalam jurnal Astronomy and Astrophysics, terbitan 22 Oktober.
Read more
2

10 Makanan Penyebab Penyakit

Ada fakta yang menarik tentang makanan yang selama ini kita anggap sehat, ternyata juga bisa menyebabkan penyakit. Paling tidak menurut data yang dilaporkan oleh Center for Science in the Public Interest (CSPI).

Lembaga tersebut menganalisa data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) tentang penyakit yang timbul yang disebabkan oleh makanan mulai tahun 1990. Kebanyakan penyakit timbul karena kontaminasi norovirus, bakteri E.coli serta salmonela.

"Kami tidak merekomendasikan konsumen untuk mengubah pola makan. Tujuan kami adalah untuk melobi anggota Kongres untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap sistem keamanan pangan nasional," kata Caroline Smith DeWaal, Ketua Program Keamanan Pangan CSPI.

Kesepuluh bahan makanan yang sering dilaporkan menyebabkan penyakit, antara lain telur, tuna, kerang, kentang, keju, es krim, tomat, tauge, dan buah berry.

Namun, tidak jelas benar apakah makanan itu sendiri bisa disalahkan sebagai penyebab timbulnya penyakit. Misalnya saja tomat, tidak jelas apakah tomat yang menyebabkan penyakit atau bahan makanan lain dalam salad.

Karena itu, para peneliti meminta para konsumen agar melakukan tindakan pencegahan, misalnya memastikan agar makanan dimasak dengan benar dan dicuci bersih, serta menghindari konsumsi daging, termasuk makanan laut secara mentah.
Read more
0

Gempa dan Gunung Berapi

Gempa bumi, (letusan) gunung berapi, dan tsunami sejak lama menimbulkan ketakutan dan (sekaligus) kekaguman dalam pikiran manusia, melahirkan mitos, legenda, dan banyak film bencana Hollywood. Kini, teknologi maju memungkinkan kita berlatih, mengukur, memantau, mengambil sampel, dan mencitra Bumi dan gerakannya seperti belum pernah terjadi sebelumnya.

Gempa demi gempa terkesan semakin rajin menyambangi Tanah Air. Di tengah era informasi dan maraknya industri media, serba hal mengenai gempa pun hadir ke jantung rumah tangga. Orang tua, orang muda, dan anak-anak yang selama ini kurang (atau bahkan tidak) memerhatikan soal-soal gempa kini banyak yang terpaku lama menyaksikan reportase dari wilayah bencana melalui TV atau membacanya di media cetak dan online.

Mula-mula yang muncul adalah ketakutan, membayangkan bagaimana kalau gempa terjadi di kotanya sendiri. Tentu selain itu juga rasa prihatin dan peduli atas bencana yang terjadi. Berikutnya, dari rasa peduli dan takut tadi muncul pula rasa ingin tahu tentang berbagai segi, menyangkut penyebab-penyebab terjadinya gempa, mana saja daerah yang rawan gempa, apakah gempa dapat diramalkan, atau bagaimana cara mengurangi akibat mematikan gempa.

Barangkali itu awal yang menarik bagi tumbuhnya minat terhadap ilmu-ilmu yang terkait dengan kegempaan, yang sebagian ada di ilmu geologi, juga di cabang-cabangnya, seperti seismologi, dan juga di geofisika. Harus diakui, hingga belum lama ini, ilmu tersebut masih sering dilihat dengan sebelah mata, sebagai ilmu yang kering dan kurang banyak manfaatnya untuk dipelajari.

Kini, dengan sering terjadinya gempa dan semakin tumbuhnya kesadaran bahwa Tanah Air berada di jalur gempa dan gunung api yang dikenal sebagai Cincin Api, masyarakat semakin menyadari pentingnya ilmu-ilmu di atas.

Memang gempa tak akan memusnahkan bangsa Indonesia, kecuali mungkin yang disebabkan oleh gempa dan tsunami kosmik akibat wilayah Nusantara ditumbuk oleh asteroid atau komet besar. Namun, terus-menerus diguncang gempa, apalagi bila tanpa pembelajaran memadai untuk meminimalkan dampak, bisa menguras tenaga dan pikiran bangsa. Belum lagi harus diakui, ada kerugian materil yang amat besar tiap kali terjadi gempa (atau letusan gunung berapi), plus biaya rehabilitasi dan rekonstruksi.

Melalui cinta ilmu geologi, pemahaman dan kearifan akan sifat dan perilaku Bumi meningkat. Berikutnya, risiko bencana dapat dikurangi, korban dapat diminimalkan, dan kerugian harta benda dapat ditekan.

Ilmu kebumian

Fokus bahasan kita kali ini pada ilmu geologi, yang mempelajari komposisi, struktur, proses, dan sejarah Bumi. Ilmuwan yang mendefinisikan geologi adalah Sir Charles Lyell pada tahun 1830. Semenjak saat itu, studi geologi diperluas sampai ke planet-planet lain dan satelitnya, yang lalu dikenal sebagai geologi keplanetan. Ada banyak cabang dalam geologi, antara lain geofisika, yang mempelajari fisika Bumi.

Melalui ilmu inilah orang mengenal lapisan-lapisan yang ada di Bumi, yakni kerak atau kulit, lalu mantel, dan inti. Kerak bumi yang berwujud lempeng-lempeng ini rupanya telah bergerak ke sana-sini di permukaan Bumi setidaknya sejak 600 juta tahun terakhir—dan bisa jadi sejak beberapa miliar tahun sebelumnya (New York Public Library Science Desk Ref, 1995). Sekarang ini, setiap lempeng bergerak dengan kecepatan berbeda-beda, di antaranya ada yang dengan kecepatan 2,5 sentimeter per tahun.

Para ilmuwan yakin, pada masa lalu, sekitar 250 juta tahun silam, ada benua besar atau superkontinen yang dinamai Pangaea (Nama Pangaea diusulkan oleh geolog besar Alfred Wegener tahun 1915). Sekitar 180 juta tahun lalu, superkontinen ini pecah, menjadi Gondwanaland, atau Gondwana, dan Laurasia. Gondwana adalah kontinen hipotetis yang dibentuk dari bersatunya Amerika Selatan, Afrika, Australia, India, dan Antartika. Sementara Laurasia tersusun dari Amerika Utara dan Eurasia. Sekitar 65 juta tahun silam, masa sekitar punahnya dinosaurus, kedua kontinen itu mulai berpisah, perlahan-lahan membentuk tatanan seperti yang kita lihat sekarang ini.

Ada prediksi menarik: dalam 50 juta tahun dari sekarang, pantai barat Amerika Utara akan robek dari daratan utama (mainland), dan ini dia, Australia akan bergerak ke utara dan bertubrukan dengan Indonesia. Sementara Afrika dan Asia akan terpisah di Laut Merah.

Riwayat menarik

Kini, ketika kita semakin mengakui pentingnya ilmu-ilmu alam, kebumian, baik juga dipikirkan cara untuk mengembangkan minat. Jangan sampai ironi yang ada sekarang ini berkepanjangan, di mana negara di Cincin Api hanya memiliki sejumlah kecil ahli, seperti hari-hari ini kita baca profilnya di harian ini. Mereka bekerja di sejumlah lembaga pendidikan dan penelitian seperti ITB, UGM, LIPI, dan BPPT.

Dengan frekuensi berita gempa yang tinggi akhir-akhir ini, terungkap pula sejumlah istilah dan teori fundamental dalam geologi, seperti intensitas gempa dalam skala Richter dan tentang lempeng tektonik.

Demi masa depan

Sebagaimana studi tentang hutan, iklim, atau vulkanologi, ilmuwan ahli gempa Indonesia punya peluang besar untuk berkontribusi dalam sains yang hebat ini karena Indonesia sering disebut sebagai laboratorium alam yang unik. Sumbangan ilmiah ini maknanya tidak saja sebatas pemerkayaan ilmu pengetahuan, tetapi juga terkait dengan masa depan manusia.

Dalam jangka dekat, peminat dan ilmuwan ahli gempa mungkin masih merasa tertantang untuk menjawab pertanyaan fundamental seperti ”dapatkah kita meramal terjadinya gempa?”

Saat ini jawabannya adalah ”mustahil” bila yang dimaksud adalah meramal ”hari, tanggal, dan jam berapa gempa akan terjadi”. Karena yang bisa diketahui baru wilayah mana yang akan terancam gempa dalam kurun 20-30 tahun mendatang, sebenarnya pekerjaan sudah menanti untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tujuannya tidak lain untuk meminimalkan potensi kerusakan akibat gempa.

Mari kita sambut tantangan ilmu geologi untuk semakin memahami Bumi dan segala aktivitasnya. Kita yakin, dengan semakin bertambahnya ahli gempa, akan semakin nyaring suara yang mengingatkan bangsa Indonesia untuk selalu siaga menghadapi pergerakan lempeng tektonik jauh di bawah sana.
Read more
0

IQ jongkok

Menampar atau memukul kadang dilakukan orangtua untuk membuat anak patuh dan disiplin dalam sekejap. Tapi, tahukah Anda pola asuh yang keras bisa menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan otak anak?

Studi terkini menyebutkan, orangtua yang bereaksi terlalu keras untuk mengoreksi kesalahan anak, misalnya dengan cara menampar atau memukul, tidak hanya menyebabkan anak stres tapi juga membuat tingkat kecerdasan (IQ) anak lebih rendah.

Studi yang dilakukan peneliti terhadap ribuan anak di Amerika Serikat menunjukkan, anak yang kerap ditampar orangtuanya memiliki nilai IQ (intelligence quotients) yang lebih rendah dibanding anak yang tidak pernah ditampar.

"Setiap orangtua ingin punya anak yang pintar. Dengan menghindari kekerasan pada anak dan melakukan cara lain untuk mengoreksi kesalahan anak, hal itu bisa dicapai," kata Murray Straus, sosiolog dari Universitas New Hampshire, AS.

Dalam risetnya, Strauss dan timnya melakukan studi nasional terhadap dua kelompok sampel anak, yakni 806 anak berusia 2-4 tahun, dan 704 anak berusia 5-9 tahun. Pada saat dimulainya studi anak-anak tersebut mengikuti tes IQ dan tes berikutnya di akhir studi, empat tahun kemudian.

Anak-anak dari dua kelompok itu menunjukkan tingkat kecerdasan yang meningkat setelah empat tahun. Tetapi dari kelompok anak berusia 2-4 tahun yang kerap ditampar orangtunya, menunjukkan skor IQ 5 poin lebih rendah dibanding anak yang tidak pernah ditampar. Untuk anak 5-9 tahun yang pernah ditampar, skor IQ-nya rata-rata lebih rendah 2,8 poin dibanding rekannya yang tidak ditampar.

"Pemukulan atau tindakan kekerasan yang dilakukan orangtua merupakan pengalaman yang traumatik bagi anak. Berbagai penelitian telah menunjukkan kejadian yang traumatik berakibat buruk bagi otak. Selain itu, trauma juga membuat anak memiliki respon stres pada kejadian sulit yang dihadapi. Hal ini tentu berdampak pada perkembangan kognitifnya," papar Straus.

Tak sedikit orangtua yang menjadikan pukulan, tamparan, atau jeweran sebagai senjata untuk mendidik anak. Anak pun memilih untuk menurut daripada mendapat hukuman. "Akibatnya anak tidak bisa berpikir secara independen," kata Elizabeth Gershoff pakar dibidang perkembangan anak dari Universitas Texas, Austin, AS.

Setiap anak memang perlu diajarkan disiplin. Selain agar patuh pada aturan, disiplin juga akan membuat anak belajar menghargai orang lain dan mengontrol dorongan dalam dirinya. Namun, orangtua hendaknya juga perlu membuat batasan-batasan yang dilandasi cinta agar anak merasa aman.

Alih-alih menghukum anak dengan pukulan, beri tekanan lebih pada sisi positif anak, misalnya dengan memberi hadiah atau pujian bila anak berlaku positif. Bila terpaksa memberi hukuman, sesuaikan dengan usia si kecil dan situasi yang berlaku.
Read more
0

Remaja vs Ortu

Saat Anda menikah dan mempunyai anak yang masih kecil, mungkin Anda sangat senang bisa bersama dan mengajari mereka banyak hal, akan tetapi, menjelang anak remaja, kita pasti menghadapi begitu banyak kekhawatiran mengenai mereka. Kadangkala sebagai orangtua, kita seringkali berselisih dengan mereka dan membuat Anda semakin pusing harus bagaimana bersikap agar tercapai komunikasi yang baik. Mungkin saran di bawah ini bisa membantu Anda memecahkan masalah itu.

Beberapa tahun yang lalu anak Anda bisa bersikap sangat manis dan menginginkan agar Anda selalu didekatnya, tapi lihat sekarang, perkataan Anda dipotong dan dibantah, dia tidak mendengarkan nasehat Anda, melawan kata-kata Anda dan bahkan terlihat tidak mau berada di dekat Anda. Ke mana perginya hari - hari dimana dia dulu bermanja-manja, Anda mulai bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan diri anda?

Sebenarnya sikap ini sudah pernah terjadi sebelumnya, coba putar kembali ingatan Anda ke masa dimana dia masih berusia sekitar 2 tahun, mungkin Anda sering mendengar dia mengatakan "ga mau" sambil menjerit-jerit dan menangis. Ya. Tepat. Itulah yang sedang dilakukannya sekarang, hanya saja dia melakukannya dengan cara yang lebih berbeda, dibandingkan menjerit ia mungkin hanya akan berdiam diri atau bahkan mendiamkan Anda dan pura-pura tidak mendengar. Anda harus pahami sedikit, ini saanya ia sedang mencari jati dirinya dan tugas Anda adalah mengarahkan.

Solusi Anda :
Mungkin Anda kadang terluka dengan sikapnya atau cara mereka memperlakukan Anda dengan penolakan mereka, saya mengerti bahwa itu tidak baik mereka lakukan. Bagaimanapun juga, seorang anak remaja tahu bahwa dia masih butuh orangtua meskipun mereka tidak mau menyatakannya.

Sebagai tips :
perasaan campur aduk yang mereka rasakan terhadap Anda juga mereka rasakan sebenarnya di dalam, kadang mereka memiliki konflik batin di dalam diri mereka karena masa pencarian jati diri. Sebagai orangtua, tetap bersikap tenang dan bertahanlah, ingatlah bahwa ini adalah masa pemberontakan mereka sebagai remaja dan biasanya akan berakhir waktu mereka berumur 16-17 tahun.

Tidak ada yang bilang bahwa anak Anda boleh bersikap tidak sopan atau membentak Anda, tapi kala ini terjadi, cobalah bersikap tenang dan katakan pada mereka "Kalau kamu tidak bisa mengatakan sesuatu dengan baik tanpa marah-marah, sebaiknya kamu jangan berbicara dulu dan renungkan baik-baik yang mau kamu bicarakan, nanti kita bicara lagi setelah kamu berpikir dan tenang. Kami akan tunggu dan mendengarkan apa yang mau kamu sampaikan nanti".

Dengan demikian anak Anda tahu bahwa Anda selalu ada untuk mereka saat mereka butuh, biarkan mereka berpikir baik buruknya sendiri lalu ajak mereka berdiskusi. Dengan begitu anak Anda tidak akan merasa dimarahi, digurui dan mereka akan senang diajak berdiskusi karena sudah dianggap dewasa.
Read more